Rabu, 26 Oktober 2011

Seni Musik (Bab II)

MENGEKSPRESIKAN MELALUI KARYA SENI MUSIK

A. Unsur Musik
Musik adalah susunan tinggi rendah nada yang berjalan dalam waktu. hal ini dapat dilihat dari suatu notasi musik yang menggambarkan besarnyawaktu dalam arah horisontal , dan tinggi rendah nada-nada dalam arah vertikal.

Substansialmya musik adalah nada/bunyi, yaitu bunyi yang mempunyai getaran teratur tiap detik dengan sifat khas, yakni adanya tinggi rendah bunyi (pitch), keras lembutnya bunyi (dinamik), dan warna suara (timbre) yang bervariasi. Secara bagian umumnya, musik terdiri dari lagu-lagu dan alat musik. Apabila dibagi lagi kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, musik terdiri dari banyak elemen atau unsur-unsur lain.

Pitch atau tinggi rendahnya nada berkaitan dengan getaran atau frekuensi suara atau bunyi yang dihasilkan dari alat musik maupun suara manusia. Semakin banyak getarannya, semakin tinggi nada tersebut. Atas dasar tersebut, para ahli kemudian menetapkan takaran getaran untuk setiap nada yang memungkinkan kita mengenal tinggi rendah atau pitch.
B. Notasi / Tangga Nada
Secara sederhana, Notasi adalah sistem pelambangan dalam musik yang memungkinkan para musisi dan penikmat musik dapat membaca dan menyanyikan sebuah karya musik dengan baik. Ada dua bentuk notasi yang secara umum dikenal, yaitu notasi balok dan notasi angka. Namun, tidak jarang juga ada yang menggunakan notasi huruf.

Dalam dunia musik, alunan tinggi rendah nada, panjang pendeknya dapat ditunjukan/di gambarkan dengan tanda yang disebut not/notasi. Not berfungsi sebagai huruf musik. Bila menyuarakan huruf maka yang kita dengar adalah kata atau kalimat bahasa.
Dalam seni musik di kenal dua notasi yaitu notasi angka dan notasi balok. Kalau secara internasional yang digunakan adalah not balok. Not balok terdiri dari:
1. paranada/sangkar nada
Untuk menuliskan not di perlukan 5 garis sejajar yang sama jaraknya dengan 4 buah sepasi. Perhitungan /penomoran garis dn spasi dimulai dari yang paling bawah.

2. bentuk dan nilai not
• not balok mempuyai bentuk khusus dan mempuyai perbandingan yang khusus pula.
Nilai not : 4 ketukan. 2 ketukan. 1 ketukan. ½ ketukan. ¼ etukan
• Not tidak boleh disuarakan /diam
Nilai not : 4 ketukan. 2 ketukan. 1 ketukan. ½ ketukan. ¼ etukan
3. bagian – bagian not

Dalam notasi musik, not-not tersebut diletakkan dalam wadah tertentu yang berbentuk garis lurus dan sejajar. Pada awalnya penulisan notasi musik menggunakan 11 garis horisontal sejajar yang dipakai untuk meletakkan not-not tersebut. Garis-garis horisontal sejajar itu sering disebut dengan Great Staff (paranada besar).
Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, paranada besar ini dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing 5 garis horisontal sejajar, sedangkan garis ke 6 ditiadakan. Sehingga menjadi bentuk seperti :

a. Tanda Kunci dan Garis Bantu
Untuk mengetahui tinggi-rendah nada, maka not-not yang telah diletakkan dalam paranada tersebut perlu disesuaikan secara berurutan menurut tinggi dan rendahnya. Untuk dapat menentukan tinggi-rendah nada-nada tersebut perlu adanya patokan atau dasar yang baku. Patokan yang digunakan untuk menentukan tinggi rendah nada adalah dengan memberikan tanda kunci (clef) diawal setiap baris.
Ada beberapa jenis tanda kunci yang dipakai sebagai patokan dalam notasi musik. Yaitu tanda kunci G, tanda kunci F, dan tanda kunci C.
Kunci G atau sering juga disebut treble clef, digunakan untuk nada-nada tinggi. Kunci ini memang berbentuk mirip dengan huruf G dan garis kedua merupakan pusat dari kunci tersebut. Nada yang terletak pada garis kedua adalah nada g’.

Kunci F sering disebut juga dengan Bass Clef, digunaka untuk nada-nada rendah. Kunci ini pada awalnya berbentuk mirip dengan huruf F, akan tetapi lama kelamaan berkembang menjadi seperti tanda koma yang besar yang berpusat pada garis keempat dengan dua uah titik yang mengapit garis tersebut. Dan nada yang terdapat pada garis ke empat adalah nada f.

Sedangkan tanda kunci yang lain adalah kunci C atau kunci C berpindah. Maksudnya adalah bahwa tanda kunci ini dapat diletakkan tidak hanya satu tempat. Nada yang terdapat pada garis di tengah tanda kunci adalah nada c. Pada awalnya, tanda kunci C ini digunakan untuk menuliskan suara manusia (vokal), sehingga ada bermacam-macam jenis kunci C sesuai dengan jenis suara manusia yaitu tanda kunci C sopran, C mezzo-sopran, C alto, C tenor, C bariton.

b. Nama Tingkatan Nada dan Nama Interval Nada

Dalam sebuah tangganada diatonis terdapat 7 buah nada yang disusun secara berurutan sesuai dengan tinggi nadanya. Masing-masing nada dalam sebuah tangganada mempunyai nama sesuai dengan tingkatan dan fungsinya dimulai dari;

1 : Tonika 5 : Dominan

2 : Supertonika 6 : Submedian

3 : Median 7 : Leadingtone / Leadingnot

4 : Subdominan 8 : Oktaf

Sedangkan secara interval dibedakan dengan nama:

do –> do = Prime

do –> re = Second

do –> mi = Terts

do –> fa = Kwart do –> sol = Kwint

do –> la = Sekst

do –> si = Septim

do –> do tinggi = Oktaf
c. Nama Nada dan Tanda Aksidental
Secara substansial sistem nada yang dipakai pada musik tradisional Nusantara sangat berbeda dengan sistem nada musik modern. Akan tetapi pada saat ini, sistem nada pada musik tradisional (pentatonis) dapat disesuaikan dengan sistem nada yang dipakai saat ini (sisitem tempered), yaitu nada-nada yang terdapat dalam satu oktaf. Masing-masing oktaf dibagi sama dengan 12 nada yang setiap nada memiliki jarak setengah langkah (half step), dan dua jarak setengah langkah yang digabungkan menghasilkan jarak 1 langkah (whole step). Susunan nada-nadanya ini diberi nama sebagai berikut :

do re mi fa sol la si do Belanda, Philipina, Indonesia.
c d e f g a b c’ Jerman, Inggris, Amerika.
1 2 3 4 5 6 7 1> Itali, Perancis

Instrumen yang paling tepat untuk menggambarkan tinggi-rendah nada adalah papan dari piano (keyboard), karena pada papan ini jelas terlihat jarak dari masing-masing nada secara proporsional. Papan putih yang terdapat pada piano menggambarkan susunan tangga nada awal dari sitem tangga nada seven-tone. Sistem tangga nada seven tone ini disusun oleh jarak tone dan semitone secara bervariasi, disebut tangga nada diatonis.

Berikut nama-nama nada pada papan putih piano, yang diletakkan pada garis atau spasi dari paranada.
Nada-nada papan hitam dari piano (keyboard) adalah merupakan nada-nada putih yang dinaikkan dengan menggunakan tanda kruis ( ) atau diturunkan dengan menggunakan tanda mol ( ) sebanyak satu semitone.
Nada cis dan des adalah nada-nada yang mempunyai tinggi yang sama tetapi nama berbeda. Melihat persamaan secara kualitas dan perbedaan secara kuantitas, maka nada cis dan des disebut dua nada saling enharmonis.
Tanda untuk mengembalikan kenada semula setelah dinaikkan ataupun diturunkan adalah dengan menggunakan tanda natural ( )
Selain tanda aksidental diatas, masih ada tanda lain yaitu double kruis dan double mol. Tanda double kruis adalah dengan menaikkan nada asli sebanyak 2 semi tone. Sedangkan tanda aksidental double mol adalah dengan menurunkan nada asli sebanyak 2 semitone.

d. Tangganada

Tangga nada adalah sistem susunan dengan pola tertentu. Dalam seni musik tangga nada yang di kenal dan berkembang di masyarkat yaitu:
• Tangga nada diatonis
Tangga nada diatonis atau yang dikenal sebagai tangga nada internasional adalah sebuah tangga nada yang terdiri dari 7 (tujuh) nada. Tangga nada diatonis juga di kenal dengan nama tangga nada 12 (dua belas). Mengapa disebut demikian? Karena terdiri dari 7 nada pokok dan 5 nada tambahan/ sela. Tangga nada diatonis yang di kenal adalah tangga nada mayor dan tangga nada minor.
• Tangga nada pentatonis
Tangga nada pentatonis mempuyai arti tangga nada yang terdiri dari 5 (lima) nada. Dalam bahasa romawi penta artinya lima. Tangga nada pentatonis ini berkembang menjadi tangga nada etnik karena yang menggunakan tangga nada ini adalah musik – musik etnik. Baik etnik yang ada di Indonesia atau luar Indonesia. Karena bersifat etnik, maka tiap daerah/ budaya nama tangga nada/ bunyi nadanya akan berbeda – beda. Sebagai contoh etnik jawa dengan musik gamelan. Antara jawa dan sunda nama nadanya berbeda. Lebih jauh nanti di kelas XI akan di ulas lebih besar.

Tangganada Mayor
Tangga nada mayor adalah tangga nada yang memiliki interval setiap nadanya adalah 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½. Bentuk sistem tangganada mayor dimulai dari nada C, karena tangganada C Mayor adalah tangganada yang setiap nadanya tidak terdapat tanda aksidental dan disebut sebagai tangga nada Natural.
Berdasarkan tangganada C Mayor sebagai tangganada natural (asli), dapat disusun sebuah tangganada baru. Pertama-tama adalah dengan membagi tangganada C Mayor menjadi 2 bagian yang masing-masing bagian di sebut tetrakord (4 nada), sehingga ada dua buah tetrakord dalam satu tangganada, yaitu tetrakord I dan tetrakord II.
Kemudian dihitung interval antara nada-nada tersebut sesuai dengan interval setiap nada pada tangganada Mayor yaitu : 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½. Setelah disesuaikan dengan interval tangga nada Mayor, maka akan ditemukan nada yang harus diubah yaitu nada f dinaikkan menjadi fis.
Dengan demikian tersusunlah sebuah tangga nada baru dengan mengubah nada f yang dinaikkan satu semitone menjadi nada fis. Tangga nada baru ini disebut juga sebagai tangganada G Mayor (diawali dengan nada g) atau tangganada 1 kruis (dengan adanya satu nada yang mendapat kruis).
Demikian seterusnya setelah menemukan tangganada baru, dapat disusun tangganada-tangganada baru yang lain dengan cara yang sama. Dengan menggunakan tangganada awal C Mayor, Tetrakord I dari tangga nada C Mayor dijadikan sebagai tetrakord II dalam tangganada baru.
Setelah tersusun tetrakord II dari tangganada baru, lengkapilah tetrakord I dari tangganada baru, yaitu dengan menyusun ke bawah nada-nada secara berurutan dari tetrakord II tadi. Sehingga tersusunlah sebuah tangganada baru yang dimulai dengan nada f : f g a b c d e f .
Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung interval-interval setiap nada dengan menggunakan prinsip interval tangganada Mayor yaitu : 1 – 1 – ½ – 1 – 1 – 1 – ½. Sehingga tersusunlah sebuah tangganada baru dengan mengubah nada b yang diturunkan menjadi nada bes.
Tangganada baru ini disebut sebagai tangganada F Mayor (diawali dengan nada f) atau tangganada 1 mol ( dengan adanya 1 nada yang mendapatkan mol).
Demikian seterusnya setelah menemukan tangganada baru yang kedua, dapat disusun tangganada-tangganada baru yang lain dengan cara yang sama.

Tangganada minor
Tangga nada minor adalah tangga nada yang memiliki interval setiap nadanya adalah 1 – ½ – 1 – 1 – ½ – 1 – 1 . Bentuk sistem tangganada minor dimulai dari nada A, karena tangganada A minor adalah tangganada yang setiap nadanya tidak mendapatkan tanda aksidental dan disebut sebagai tangga nada minor Natural.
Untuk menyusun tangga nada baru, sistem yang digunakan sama seperti tangganada Mayor yaitu dengan membagi menjadi dua tetrakord. Perbedaannya hanya pada prinsip intervalnya saja.

Tangganada Chromatis
Tangga nada chromatis disebut juaga Twelve-tone scale atau sebuah tangganada yang terdiri dari 12 nada, adalah sebuah tangganada yang masing-masing nadanya mempunyai interval semitone. Ada dua macam tangganada chromatis, yaitu:

1. Tangganada Chromatis Melodis

Tangganada Chromatis melodis adalah tangga nada chromatis yang untuk susunan naik digunakan tanda alterasil kruis dan untuk susunan turun digunakan tanda alterasi mol.

2. Tangganada Chromatis Harmonis

Tangganada Chromatis Harmonis adalah tangga nada chromatis yang nada pertamanya (tonika) dan nada kelima (dominan) tidak boleh didouble. Hal ini berlaku untuk naik dan turun.

e. Tanda Mula

Tanda mula (key signature) adalah tanda-tanda aksidental pada setiap tangganada yang diletakkan setiap awal baris sebuah karya musik. Pada sebuah karya, tanda mula ini berlaku untuk keseluruhan lagu, kecuali bila ada perubahan tangganada.
f. Hubungan Antara Tangganada Mayor dan tangga Nada minor

1. Hubungan Relatif
Hubungan dua buah tangganada Mayor dan minor dikatan Relatif apabila kedua tangganada tersebut mempunyai tanda mula yang sama (tonika berbeda).

Sebagai contoh:

Tangganada C Mayor – > Relatif minor : c minor

Tangganada c minor – > Relatif Mayor : Es Mayor

Hubungan Pararel
Hubungan dua buah tangga nada Mayor dan minor dikatak pararel apabila kedua tangganada tersebut mempunyai tonika yang sama (tanda mula berbeda).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar